Kamis itu tidak akan pernah aku lupakan, aku tidak akan memohon waktu untuk terputar kembali, aku hanya berharap aku bisa merasakan momen itu untuk sebentar saja. Namaku Erna, kejadian yang tidak pernah aku duga sama sekali, aku melihatnya aku menggenggamnya untuk pertama dan terakhir kali dengan perasaanku. Aku tak kan pernah lupa bagaimana dia coba mendekati ku meski aku tidak memiliki rasa dengan dia sedikitpun. Cukup lama dia berjuang demi membuatku terjatuh dalam cinta, dan kini saat aku mulai mencintainya dengan perasaan yang tidak bisa diwakili oleh kosa-kata apapun, diapun hilang.
Dua minggu sebelumnya dia mengatakan padaku tentang kebingungannya dengan perasaan. Dia tidak mengerti kenapa perasaan tidak pernah bisa kita kendalikan untuk dan kepada siapa harus di letakkan, dia terus bertanya-tanya kenapa tugas kita harus bersedia dan siap kapan perasaan itu memilih orang-orang yang tidak pernah kita perkirakan sama sekali, yang kita ketahui hanyalah bahwa kita tidak tahu.
Saya hampir lupa, lelaki itu bernama Mahfud. Jika kalian bertanya apakah aku tidak terganggu dengan terus menerusnya dia mendekatiku, padahal saat itu aku tidak mencintainya. Aku hanya menjawab jika kalian tau bagiamana Mahfud mendekatiku kalian tidak akan memiliki pertanyaan seperti itu, kamu tidak perlu memiliki perasaan untuk merasa nyaman terhadapnya. Saat ini aku menyesal telah telat menyadari bahwa aku membiarkan setiap kata dan kehadirannya ternyata telah menjadi pupuk, aku tidak sadar yang dia lakukan pertama kali ternyata memendam akar yang sangat kuat terlebih dahulu, sebelum pohon kasih sayang itu tumbuh dan akan terus bertahan.
Aku masih ingat sebulan yang lalu, saat pulang kantor hujan turun cukup deras, aku terjebak bersama orang-orang lainnya menunggu hujan reda, namun terlihat hujan ini akan awet. Akhirnya ku bunuh kebosanan dari menunggu hujan reda sembari mendengarkan musik menunggu angkutan umum yang akan mengantarnkan ku pulang, dan sial setiap bus yang kudapati selalu saja penuh sesak begitu juga dengan taksi. Saat lagu Harmony Padi terputar di mp3 aku tidak menyangka dia datang, dia datang hanya untuk menjemputku, padahal aku tidak memberitahunya. Mahfud mengatakan dia hanya memiliki firasat bahwa aku tengah terjebak hujan, dan apa yang dipikirkannya benar, aku masih tidak percaya dia kini datang untuk menjemputku, dia hafal dimana saja biasanya aku ketika hendak pulang kerja. Mahfud tidak bisa menggunakan kendaraan bermotor. Aku sering mengejeknya, dia beralasan biasanya kalau model begini calon jadi bos.
Sebenarnya sore itu Mahfud memiliki jadwal rutin tuk bermain futsal bersama temannya, tapi saat hujan dia izin berhenti dan pulang ke rumahnya terlebih dahulu, lalu langsung mencari-cari aku. Dari rumah dia telah siapkan jaket hangat, dan sekali lagi firasat dia benar aku kehujanan dan pakaianku sedikit basah, dia bilang “Pake nih jaket, tenang ini baru kuambil dari lemari, kok. Jadi jangan khawatir terkontaminasi virus bekas tubuhku.” Aku hanya tertawa mendengarnya. Tapi maaf saat itu aku masih belum mencintainya, meski sedikit telah aku rasakan kebaikannya terus menetap di ingatan saat itu.
Sampai tiba waktunya, di hari kamis, saat itu tanggal merah. Dia mengajakku untuk jalan ke luar yang sudah kita rencanakan sebelumnya. Mahfud membawa aku jalan ke Istora Senayan, di sana sedang ada pameran buku, kami memiliki minat yang sama, yaitu suka sekali memburu buku-buku murah, dan hanya di acara book fair ini buku-buku murah sangat berlimpah, selain itu selalu ada bedah buku dari peulis-penulis terkenal. Oh yah, Aku single sudah hampir 6 bulan dan Mahfud orang yang paling terdepan mencoba meraih hatiku.
Benar saja sesampai di sana suasananya penuh sesak, ini terjadi setiap tahunnya. Namun, tidak seperti di keramaian yang biasanya aku sangat benci, tapi di sini aku sangat menikmati apa yang tengah terjadi, orang-orang yang bersemangat terlihat memiliki minat yang sama para pemburu buku. Aku suka.
Setelah beberapa lama berkeliling dan mendapatkan buku yang kita inginkan, aku dan Mahfud sejenak memutuskan mencari tempat istirahat. Kami berteduh di bawah pohon. Sementara aku berteduh, Mahfud memutuskan untuk membeli makanan. Aku tidak pernah mendapati firasat apapun, hari ini semua nampak berjalan normal seperti biasa, tapi tidak dengan kenyataannya, sulit sekali menerima apa yang telah terjadi.
Lima belas menit berlalu dia telah kembali dan membelikanku batagor, lima belas menit kemudian kita menghabiskan makanan, dan lima belas menit setelah itu……
Seusai makan aku menatap wajahnya yang polos berubah pucat, tapi Mahfud hanya beralasan hal ini biasa, ini hanya karena sedikit kecapaian, dan bodohnya akupun tidak menganggap itu dengan terlalu serius, dan percaya apa yang dikatakan Mahfud. Dia meminta tidur sejenak sambil merebahkantubuhnya bersandar pada pohon dan aku meng iya kan. Mahfud berkata “Aku mau tiduran dulu sebentar, yah. kayaknya enak nih tiduran nyender di pohon mudah-mudahan bisa mimpiin kamu. kalau bener mimpiin kamu, aku akan nembak kamu di sana, barangkali aja kalau di mimpi cintaku diterima.” Dia tertawa dan aku tersenyum, padahal saat itu aku sudah mulai menyayanginya, dan jika ia mengungkapkan rasa cintanya aku akan langsung menjawab ia.
Selagi ia tertidur aku membaca buku yang baru ku beli. Kubuka buku tentang bagaimana cara anak-anak bertindak, cukup seru. Saking asiknya membaca buku, aku lupa tidak terasa telah Lima belas menit telah berlalu dan aku tengok Mahfud, terlihat diapun masih menikmati tidurnya, tapi aku harus membangunkannya, sudah waktunya pulang.
Dingin! Aku pegang seluruh tubuhnya terasa kaku. Aku coba bangunkan dia tapi tidak ada respon yang kudapat. Ada apa dengan Mahfud, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku panik. Aku menangis, dalam hatiku berkata “Bangun Mahfud! Ayo bangunn!!!” aku meminta tolong dari orang-orang yang ada di sekitarku untuk membantuku membawanya ke rumas sakit.
ada apa dengan kau mahfud?
Sesampainya di rumah sakit aku histeris, aku terus berdoa berharap sesuatu yang buruk tidak ada terjadi padanya, semoga ini bukan apa-apa. Sesaat setelah itu dokter menghampiriku, dia memberitahu bahwa Mahfud telah meniggal kurang lebih sejam yang lalu. Saat mendengar itu saat itu pula semua tubuhku terasa tidak bisa digerakkan, air mataku keluar sejadi-jadinya, aku terjatuh.
***
Aku telah lama bersamanya, aku sangat nyaman berbincang dengannya meski tanpa sebuah ikatan, dia adalah pendengar terbaik yang pernah aku kenal. Tapi aku terlalu bodoh untuk tidak mengetahui dia sebenarnya. Aku tidak tahu apa yang tengah dia alami, aku sama sekali tidak mengetauhi bahwa dia memiliki penyakit maag kronis. Dia tidak pernah mengeluh saat bersamaku, di balik senyumnya ternyata terdapat sebuah perjuangan luar biasa. Bahkan di detik-detik terakhir bersamanya aku sama sekali tidak menyadari, yang ku tau dia hanya tersenyum sebelum tidur. Bahkan setelah dia tiada adiknya menyampaiakan salam padaku bahwa mahfud sangat sayang teh Erna, dia meminta maaf kalau selama ini sering menggangguku. Jujur aku merasa tidak layak menerima semua kebaikanmu, maafkan aku Fud!
Tuhan aku paham waktu itu tidak bisa terulang kembali, tapi izinkan aku untuk memohon kepadaMu agar aku bisa merasakan kehadirannya meski dalam mimpi. Aku masih butuh dia, maafkan jika aku sulit menerima kenyataan ini. tolong sisakan tempat yang baik untuknya di sisi Mu.
Mahfud kini kau tidak lagi bingung dengan perasaan, tapi sekarang aku terjebak diantara itu semua. Maafkan aku Fud!
Follow Twitter Kami: @Kicauteduh ^_^
Gan kalo bisa cerpennya dibanyakin lagi, donk!
BalasHapus